Aku dan Kenangan Yang Harus Terlupakan
Dia,yang berambut gondrong dan
acak-acakan serta baju yang tidak tertata rapi lewat di depan ku. Memang benar
ditempat itu ramai sekali tetapi entah aku yang tidak tau atau bagaimana saat
itu hanya aku yang sempat meliriknya.
Di Universitas sama tetapi dengan jurusan yang sama tetapi beda semester. Memang
manis tapi tidak rapi. Yang begitulah deskripsi tentangnya. Sebut saja namanya
Ahmad.
Biasanya aku jalan ke kampus
bertiga yaitu aku,fani dan Naila. Waktu itu siang hari matahari berasa di
ubun-ubun panas banget dan bikin ngantuk. Tetapi mata indahku tiba-tiba melihat
hal yang membuat mataku melotot jadi tidak ngantuk lagi. Iya benar sekali aku
melihat sosok ahmad itu ditengah perbincangan kala itu.
“Mbak, kayake kelas kita udah masuk deh.”
“Ya sudah biarin saja. Kan sekali-kali nelat juga gak
apa-apa.”
Tiba-tiba ahmad lewat. Dan
kebiasaan burukku itu kalau ada yang bening selalu minta pendapat atau sekedar tanya
aja.
“Dia ganteng gak menurutmu?”
Dan dengan pertanyaan yang sama
aku menanyakan pertanyaan itu kepada temanku Naila.
“Nggak tuh. Dia orangnya nggak rapi.”
“Iya emang bener tidak rapi tetapi manis.”
“Yaudah deh biar kamu seneng”
Perbincangan itu berlanjut sampai
kita berada dikelas.
Hari berganti hari,bulan berganti
bulan,semester berganti semester, tahun berganti tahun. Entah sosok Ahmad yang
dulu pernah aku lihat tak tahu pergi kemana. Perhatianku beralih kepada sosok
manis yang lain. Ya,,hitung-hitung cari vitamin lah biar lebih greget
kuliahnya. Mumpung masih muda biar hidup lebih bermakna. Ada beberapa anak
orang yang berhasil memikat hatiku tetapi tidak memikat hatinya, ya diantaranya
Agustia,candra,Yono,Hidayat. Tetapi ada juga temanku yang juga suka sekali
dengan mereka dengan kata lain menyukai orang yang sama. Dahulu sampai kita stalking bersama nunggu di
depan kos si Dia sampai dia keluar dari kostnya dan setelah di tunggu sampai
berjam-jam dan sampai dikejar anjingpun juga tidak keluar. Akhirnya kita
pulang. Besoknya juga kita berangkat lagi sampai hari ketiga. Dan pada saat itu
mulailah dengan keadaan tunak,bosen karena tidak membuahkan hasil.
Memasuki semester 6 dimana
mahasiswa hampr tingkat akhir aku alami. Aku mulai bosen dengan mata kuliah
yang membuat otakku penuh. Rasanya seperti tidak bisa diisi dengan
hafalan-hafalan lainnya. Dan yang benar saja pada semester itulah dimulai
mencari dosen pembimbing untuk tugas akhir dan mulai menyusun judul. Ah…rasanya
lelah.
Di semester ini juga aku mengenal
banyak kakak tingkat karena memperdalam
mata kuliah tersebut. Waktu itu hari sabtu mata kuliah farmasi klinik ada 3
orang mahasiswa yang terlambat yang 1 teman sekelasku yang 2 kakak tingkat.
“Maaf bu terlambat.” Sambil menganggukkan kepala
“Iya silakan masuk.”
Sebut saja temanku itu Nur. Mereka
duduk tepat dibelakangku.
“Tumben kamu masuk,Nur?” sapaku
“Loh..kan emang aku anaknya dari dulu rajin.”
“Hmmm….o ya??masa.”
“ Ya donk.”
Saat aku berbicara dengan Nur,1
kakak tingkat melihat kearahku. Entah itu dia menilai aku jelek atau apa aku
juga tidak tahu yang penting dia sempat melihat melihat aku walau itu tidak ada
makna. Saat aku bercanda dengan Nur di kelas dia juga ikut ketawa dengan
melihatkan khas gigi gingsulnya. Manis
banget. Aku juga belum tahu dia siapa yang terpenting suka aja dulu.
Selepas mata kulaih itu sebenarnya
aku berharap akan selalu ketemu dia terus. Tapi,, siapa lah aku ini cuma cewek
hitam jelek dan dengan segala kekurangan. Ternyata saat mata kuliah selanjutnya
dia juga ikut dan tepat duduk di belakangku (lagi). Kalau aku di Tanya
seneng?ya pasti lah seneng. Awalnya aku jaim banget. Waktu itu dia memberikan
absensi ke aku
“Ini absen.” Kataku kepada teman yang satunya
Dia meneriam dan hanya diam,
kemudian dia balik lagi di kasih ke aku
“Aku udah absen tuh mas.”
Yang kakak tingkat satunya hanya
diam dan tidak jadi dikasih ke aku. Tapi tiba-tiba
“Udah absen kan tadi?ini tolong dikasih ke depan
ya,kita juga udah absen.”
Duh malu banget aku. Ya kan
tadinya aku masih jaim karena melihat kegantengannya. Setelah absennya aku bawa
ke depan. Aku terdiam dan mengingat kembali sepertinya wajahnya tidak asing
bagiku. Setelah itu aku ingat ternyata dia itu Dia yang dulu sempat aku lirik.
Tetapi mana aku tau karena dulu rambutnya gondrong tapi manisnya tetep. Ya dia
Ahmad yang dulu. Yang selalu memakai tas tengkorak dengan rambut panjang dan
agak seperti direbonding. Sekarang penampilannya beda sudah rapi, rambut juga
udah pendek dan agak di tata. Keren lah sekarang. Seketika ada yang
membangunkan lamunanku.
“Mas,kamu semester berapa?”
“Semester tua,jangan Tanya lah dek pokoknya.”
“Oalah…berarti udah nyusun skripsi ya?”
“Iya udah.”
“Ambil apa skripsinya?”
“Farmasi social”
“Owh,,terus gimana caranya ambil data?”
Perbincangan itu sampai dengan
temanku Naila puas dengan apa yang dia ingin ketahui. Memang temanku Naila ini
agak genit sedikit dan selalu ingin tahu apa yang dia tidak tahu.
Setelah pulang kita bertiga
berjalan bareng dan Naila menceritakan kalau dia ngefans sama Ahmad. Rasanya ..Deg..ah sudahlah lupakan. Aku ingin melupakannya.
Tetapi aku nggak bisa,sulit rasanya. Teapi aku tidak enak sama temanku. Kan
tidak lucu temanku sudah tergila-gila banget. Sampai Tanya pin BB lah sama
temenku yang lain.
Suatu malam aku main media social
dan radar, aku menemukan Ahmad. Aku ragu-ragu untuk menambahkan sebagai teman.
Aku berpikir 2x gimana kalau nanti dia benci aku kalau dia sudah tau aku.
Akhirnya aku tambahkan pertemanannya. Aku juga say hallo. Tapi Cuma bentar. aku nggak berani panjang lebar. Dan
pada waktu itu juga sudah larut malam.
Aku orangnya pesimis banget kalau
bicara tentang cowok. Karena aku trauma dengan masa SMP dulu saat pacar sahabat
dekatku menyukai aku dengan alasan menjelek-jelekkan sahabatku sendiri.memangnya
aku cewek apaan? Sejak saat itu aku menutup hati dengan cowok. Ya sudahlah
tidak usah di bahas sudah masa lalu.
Temenku Naila sudah sibuk
chattingan sama Ahmad sampai akhirnya akrab. Berkali-kali Naila menceritakan
Ahmad kepada aku tetapi aku hanya menanggapi dengan senyuman saja. Aku tidak
tau apa yang aku pikirkan tapi yang pasti aku berusaha agar Naila tidak tau
kalau aku suka dengan dia. Suatu hari aku mengecek kembali kontak pada media
social yang pernah aku gunakan aku piker dia sudah off karena aku cari tidak
ada,ternyata dia ganti nama. Akhirnya aku lega. Suatu hari lagi entah apa yang
Ahmad pikirkan tentang aku perasaanku selalu benar. Aku dihapus dari
kontaknya,kenapa tidak sekalian di blockir aja?akhirnya aku hapus sekalian
aplikasi itu.
Namanya juga mendalami mata kuliah
di kelas yang sama aku bertemu Ahmad kembali saat itu ada tugas kelompok.
Untungnya aku tidak jadi sekelompok dengannya. Ketua kelopokku namanya
Nugroho,dia juga akrab dengan Ahmad. Memang Nugroho orangnya jahil banget.
“Kamu ikut kelompok sana saja sini udah penuh.”
“Ya sudah aku ikut keompoknya Udin saja.”
Akhirnya bebas dari hati yang
mengganjal. Aku Tanya Nugroho kenapa kontak bbm ku di hapus setelah dia tidak
butuh. Memang Nugroho itu anaknya penakut banget sama pacarnya. Dia setia
sekali sama pacarnya. So sweet…
“Nug,kenapa kontakku kamu hapus setelah kamu nanya
tentang kamera?kalau ada butuhnya aja di tambahkan.”
“Yah kamu tau sendiri lah alasannya kenapa?”
Saat aku bertanya kepada Nugroho Ahmad langsung
memutar badan ke arahku. Dalam hati aku hanya bicara.”kenapa kamu merasa?”
Dalam hati aku hanya tertawa kecil. Tapi perasaanku
tidak bisa dibohongi.
Fani,Naila dan aku teman kampus
dan satu kos juga. Kapan saja dan dimana saja kita kadang menceritakan
kepribadian masing-masing dan menceritakan teman yang kita suka. Aku dan
Fani,kita jarang banget menyukai orang
yang sama sedangkan aku dan Naila sering sekali menyukai orang yang
sama. Karena biasanya dia dulu yang
cerita saat dia menceritakan orang yang sekiranya sama dengan aku ,akhirnya aku
nggak jadi cerita karena dia anaknya agresif sekali jadi pasti tau lah apa yang
akan terjadi nantinya. Seperti dengan Ahmad,dia selalu mencurahkan isi hatinya
kepada aku tapi ya sudahlah. Aku berusaha menghilangkan pikiranku tentang
Ahmad.
Saat aku ingin sekali melupakannya
tiba-tiba Fani teman kostku mengajakku untuk meramalnya dengan Galang dan
setelah itu aku ingin juga diramal. Aku sebenarnya cuma iseng mermalkan nasibku
dengan Ahmad. Tapi ya sudah. Hasilnya lumayan bagus, hamper semua kartu kebuka.
Tetapi awalnya yang cowok kartu terakhirnya tidak kebuka. Setelah diulang lagi
hingga 3x berturut-turut kebuka semua. Seneng? Iya. Nyangka? Tidak. Berharap
terjadi?sedikit sih. Tapi tidak mungkin lah. Apa lah aku ini, hanya itik buruk
rupa. Aku tidak mau berkhayal. Tapi Fani yang selalu menggodaku sehingga hatiku
agak goyah.
“Ciiiieeee suka Ahmad.”
Awalnya aku juga tidak mengaku dan
ini hanya rahasia diantara kita saja,begitu sampai sekarang. Suatu ketika aku
membuka ramalan pada golongan darah ternyata A cocok dengan golongan darah AB.
Dan ternyata golongan darah Ahmad AB. Entah itu suatu kebetulan atau apalah
yang penting aku tidak mau tinggi rasa dahulu. Dengan melihat saja aku sudah
senang. Hingga sampai sekarang hanya aku dan temanku Fani yang tau. Aku takut
kalau Naila juga tau dan terus menjauh sedangkan Ahmad yang jelas juga tidak
boleh sampai tau. Aku juga akan menghapus ingatan tentang dia mengingat apa
yang telah dia lakukan kepadaku. Aku malu pada diriku sendiri. Sampai saat ini
aku tetap menutup hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar